Film SMA Raden Rahmat
Rabu, 09 Juli 2014
Senin, 13 Januari 2014
BAB 2
BAB 2
PEMBAHASAN
I.
Tinjauan
Historis
Bakpia
pathok “ 25 “ adalah sebuah nama dari perusahaan yang cukup besar dimana
menyediakan dan memproduksi kue khas jogja yaitu “ bakpia jogja ” dimana bakpia
ini sangatlah berbeda dengan bakpia di daerah lain.
Gambar 1.01 Generasi pewaris home industri bakpia
pathok “25”. Sumber: pemotretan kelompok 3
|
Untuk lebih
mengenalkan bakpia buatan beliau maka beliau memberikan merek pada bakpianya
dengan merek bakpia “38” dengan alasan saat itu beliau menggunakan toko
dengan nomor toko 38. Namun, meskipun sudah diberi merek dagang, usaha beliau
tidak kunjung berkembang. Sehingga, tahun 1980 kemasan bakpia pun dirubah dari
wadah bambu menjadi wadah karton dengan tampilan merek dagang baru dengan nama Bakpia
Pathok “25”. Dimana pathok adalah sebuah nama, tempat industri
rumahannya berdiri yaitu berada di kecamatan pathok, dan angka 25 diambil dari nomor rumah beliau
saat itu beliau mengambil beberapa karyawan
untuk membantu dalam proses produksi. Meskipun begitu, alat yang digunakan
dalam proses produksi sangatlah sederhana dan hanya dilakukan secara manual.
Namun karena kegigihannya da sikap optimismenya maka usahanya berkembang sangat
pesat. Dimana tahun 1984 beliau dapat mengambil sampai puluhan karyawan dalam
proses produksi, pengepakan hingga pemasaran serta beliau pun mengganti semua
alat produksi sederhananya dengan mesin dan alat-alat yang lebih canggih.
Waktu pun
berjalan dimana beliau sudah menjadi semakin tua, dan akhirnya kepemilikan home
industri ini jatuh dan di wariskan kepada anak anaknya dengan Arlan
Sanjaya sebagai koordinator sekaligus pemilik pabrik dan
saudara-saudaranya sebagai menejemen-menejemen penting dalam produksi serta
pemasaran. Yang kebetulan Pak Arlan saat itu juga ingin mengembangkan home
industri warisan ibunya. Pak Arlan juga menyadari betul mengenai pentingnya
brand sebuah produk. Oleh karenanya ia menambahkan sebuah slogan setelah nama
bakpia, dengan nama slogan menjadi Bakpia Pathok “25” oleh-oleh khas Jogja, dengan
tujuan untuk lebih menekankan masyarakat, bahwa pathok 25 adalah kue khas jogja
selain makanan gudeg
Karena usaha
dan ke optimisan Siek Tek Ong (sebutan untuk keluarga Tan Aris Nio) dari generasi ke generasi untuk mengembangkan dengan
sungguh-sungguh home industrinya, maka home industri tersebut akhirnya
berkembang menjadi sebuah pabrik dengan ratusan karyawan dengan menggunakan
gaji UMK propinsi Yogyakarta serta dengan kesungguhan beliau berdua dalam
memasarkan, yang awalnya pemasarannya hanya di sekitar kecamatan pathok, meluas
menjadi seluruh pulau jawa.
II.
Tinjauan Geografis
Pabrik
Bakpia Pathuk 25 terletak di kampung Sanggrahan Pathuk Gang I Nomor 504
Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Kota Madya Yogyakarta. Lokasi
tersebut berada di belakang kawasan Malioboro sehingga memudahkan dalam hal
pengadaan bahan baku maupun pemasaran.
III.
Alat
dan Bahan
Alat dan
bahan dalam proses pembuatan bakpia sebenarnya cukup sederhana dan mudah di
dapat. Kalaupun ada alat yang tidak mungkin bisa di dapatkan, cukup hanya
mengganti dengan benda yang lebih murah dan didapat. Alat dan bahan tersebut di
antaranya adalah :
1. Alat
a. Air
b. Panci
c. Mesin
penggiling
d. Baskom
e. Tungku
perebus
f.
Mixer
g. Kipas
h. Timbangan
adonan
i.
Tungku arang / oven
j.
Loyang
2. Bahan
a. Bahan kulit
1. 12 kg
Tepung terigu bogasari
2. 2 lliter Minyak
goreng bimoli
3. 4 kg Gula
4. Garam
secukupnya
b. Bahan isi
1. 25 kg
kacang hijau
2. Gula
3. Garam
secukupnya
IV.
Langkah dan Metode Pembuatan
A.
Metode
(a)
|
(b)
|
B.
Langkah-Langkah Pembuatan
Langkah-langkah
dalam proses pembuatannya sendiri cukup sederhana dan mudah. Kita hanya
membutuhkan alat serta bahan yang dibutuhkan (sesuai tercantum dalam pokok Alat
dan Bahan). Untuk membuatnya sendiri, terdapat 4 proses pembuatan, yaitu proses
pembuatan isi bakpia, pembuatan kulit bakpia,
proses pemasukan isi ke dalam kulit, dan pengovenan.
Berikut
langkah-langkah dalam proses pembuatannya:
A.
Pembuatan
Isi Bakpia
1. Pertama,
pilihlah 25 kg kacang hijau yang bagus untuk menghasilkan bakpia yang
berkualitas. Caranya yaitu menyeleksinya melalui proses perendaman selama dua
jam sampai kulitnya terkelupas dari bijinya, dimana kacang hijau yang
mengambang serta kulitnya berarti berkualitas buruk dan yang tetap tenggelam
berarti berkualitas bagus.
2. Gunakan
yang berkualitas bagus. Tetapi untuk yang kulit dan kacang yang berkualitas buruk,
jangan dibuang karena kacang hijau dengan kualitas buruk serta kulitnya masih
bermanfaat untuk pakan hewan-hewan ternak.
3.
Setelah
dipilih, cucilah kacang tersebut menggunakan air bersih. Lakukan proses
pencucian beberapa kali agar kacang hijau benar-benar bersih.
4. Tanak 25 kg
kacang hijau yang tak berkulit tadi selama setengah jam di dalam panci.
5.
Sumber:
pemotretan kelompok 3
|
6. Adonan kacang hijau tadi
kemudian masuk dalam proses mixing atau pengadukan. Dalam proses ini adonan
kacang hijau di bumbui dengan gula dan garam.
7.
Adonan yang sudah diaduk kemudian di
dinginkan di loyang besar dengan cara meratakannya sampai menutupi sebagian
loyang, lalu dibiarkan terkena kipas angin selama setengah jam atau sampai
benar-benar dingin.
8.
Gambar 1.04 Pendinginan adonan
|
Sumber:
pemotretan kelompok 3
|
9. Untuk yang
terakhir, suplai adonan isi menuju proses pemasukan isi kedalam kulit.
B.
Pembuatan
Kulit
1. Gunakan
tepung sebanyak 12 kg, untuk hasil yang lebih baik, pilih tepung terigu
Bogasari.
2. Kayak
tepung terigu dengan mesin maupun manual, agar tidak ada tepung yang menggumpal
dan agar lebih halus.
3. Untuk
proses selanjutnya, tepung yang sudah dikayak tadi di masukkan ke dalam mesin
mixer, lalu di tambahkan dengan empat liter minyak goreng merek apapun dan dua
liter air bersih serta di tambahkan sedikit garam agar kulitnya terasa lebih
gurih.
4. Setelah
semua bahan tercampur, mixing semua bahan dengan mixer selama satu jam atau sampai adonan kulit menjadi kalis atau
ulen.
5. Kemudian
timbang adonan kulit untuk menyamakan antara satu adonan kulit dengan adonan
kulit yang lainnya.
6. Agar hasil
timbangan lebih akurat, gunakan timbangan listrik.
7. Adonan
hasil penimbangan tadi kemudian di diamkan dalam wadah plastik besar selama
kurang lebih 15 menit dengan tujuan adonan tidak mudah sobek saat proses
pengisian isi.
8. Ingat !, saat mendiamkan adonan kulit, tutupi wadah
dengan plastik atau penutup lainnya untuk menghindari keringnya adonan akibat
kontak langsung dengan udara.
9. Untuk
langkah terakhir, suplai adonan kulit menuju proses pemasukan isi kedalam
kulit.
C.
Pemasukan
Isi ke Dalam Kulit
1. Dalam
proses ini, semua pekerjaan dilakukan secara manual yaitu menggunakan tangan
dalam prosesnya.
2.
Sumber:
pemotretan kelompok 3
|
Gambar 1.05 Proses pemasukan isi kedalam kulit
|
3. Lalu ambil
sebagian adonan isi, dan bentuklah adonan menyerupai bola sebesar tutup botol
aqua.
4. Lalu
taruhlah di atas meja.
5. Langkah
kedua, ambil sebagian adonan kulit, dan bentuklah adonan menyerupai bola juga,
dan untuk ukurannya sama dengan ukuran adonan isi.
6. Setelah
itu, adonan kulit yang berbentuk bola tadi taruh di atas meja, dan pukul dengan
telapak tangan sampai adonan kulit menjadi lembaran tipis berbentuk lingkaran.
7. Ingat ! hati-hati dalam memukul adonan untuk
menjadi lembaran karena berakibat sobeknya lembaran dan berarti mengulang
kembali.
8. Setelah
lembaran adonan kulit jadi, maka ambil adonan isi berbentuk bola tadi dan taruh
di atas adonan kulit.
9. Bungkus
seluruh permukaan adonan isi dengan lembaran kulit. Dimana plintir dan
gabung-gabungkan adonan pada titik pertemuan sisi-sisi adonan kulit.
10. Kemudian,
gepengkan adonan yang sudah jadi dengan cara memukul-mukulnya kembali dengan
telapak tangan, namun harus pelan-pelan supaya isi dari adonan yang sudah jadi
tidak tumpah keluar dan jadilah pia mentah.
11. Langkah terakhir
bawa pia mentah untuk dilakukan proses pengovenan.
D.
Pengovenan
1.
Langkah
dalam proses ini cukup singkat.
2. Pertama,siapkan
loyang dan ambil pia mentah yang di bawa dari proses sebelumnya.
3. Taruh satu
per satu pia mentah ke dalam loyang.
Sumber:
pemotretan kelompok 3
|
Gambar 1.06 Proses pengovenan bakpia pathok
|
4. Susun rapi.
Dan masukkan ke dalam tungku arang yang pasti sudah dinyalakan.
5. Oven pia
mentah tersebut selama 10 – 15 menit.
6. Seteleh itu
keluarkan loyang, dan diamkan beberapa menit untuk sekedar menurunkan suhu
bakpia.
7. Dan bakpia
pathok pun siap di makan.
V.
Pengemasan
dan Pemasaran
Gambar 1.07 Ruang oleh-oleh bakpia pathok
dan jajanan jogja lainnya
|
Sumber: hasil
pemotretan tahun lalu
|
Karena tidak kunjung berkembang, ibu Tan Aris Nio kemudian memindahkan
tempat dagangnya dari toko ke rumahnya kembali. Sehingga, nama label berganti
pula dari “38” menjadi “25” dan untuk pengemasannya ibu Tan juga menggantinya
dari besek bambu menjadi karton biasa berwarna cokelat. Tahun 1980 kemasannya
dirubah kembali untuk lebih mengembangkan home industrinya menjadi kemasan yang
berdesain tinggi dan lebih menarik.
Dari perkembangan itu Home industri tersebut pun menjadi berkembang pesat
dan mulai dilirik oleh semua kalangan masyarakat bahkan turis mancanegara.
karena permintaan pasar sangat besar dan agar peminat bakpia pathok 25 dengan
mudah membelinya, maka di bukalah cabang-cabang toko serta pasar yang
menyediakan bakpia pathok 25. Toko-toko dan pasar tersebut adalah:
a.
Toko Ongko Joyo di Jalan AIPTU KS Tubun no 65
b.
Pasar Pathok Jl. Bhayangkara,
c.
Toko Kembang Jaya di kilometer 9 dan
d.
Bandara Jaya di Jalan Laksda Adisutjipto di kilometer
11,5.
Selain itu
dalam pemasarannya untuk mencari konsumen, pabrik ini juga menggandeng tukang
becak, andong di jalan Malioboro serta bekerja sama dengan supir travel
pariwisata untuk mempromosikannya.
Dan meskipun
banyak di buru konsumen dari luar jogja, pemilik bakpia pathok dari awal hingga
kini tidak mau membuka outlet di luar jogja. Karena menurut mereka, jika dibuka
outlet di daerah lain maka bukan khas jogja lagi.
VI.
Ketenagakerjaan
Untuk
ketenagakerjaan, pada mulanya hanya
mempunyai 1 karyawan, dan gajinya pun rendah karena saat itu memang peminatnya
terbilang belum ada dan pembelinya pun kebanyakan dari kalangan keluarga atau
sanak saudara yang sedang berlibur ke jogjakarta .
Namun sejak
tahun 1980 dimana home industri ini mulai menggunakan brand dan logo baru,
karyawannya bertambah siknifikan menjadi ratusan dan gajinya pun menyesuaikan
UMK propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta.
Namun dalam
perekrutan pegawai, home industri tersebut tidak mempermasalahkan status ijazah
dan pendidikan, sehingga banyak karyawan yang bukan dari latar belakang
pendidikan tinggi. Rata-rata lulusan SD, bahkan SMP pun tidak lulus. Syaratnya
hanya minimal memiliki KTP dan memiliki niat
Disamping
itu tugas dari karyawan laki-laki juga berbeda dengan karyawan perempuan,
dimana untuk karyawan laki-laki tugasnya lebih berat dari karyawan perempuan.
Untuk laki-laki biasanya ditugaskan dalam proses pencucian bahan, pembuatan
adonan, perebusan, pembuatan isi, pembuatan kulit dan pengovenan. Sedangkan
untuk karyawan perempuan di tugaskan dalam proses memasukkan isi kedalam kulit,
pengepakan, administrasi dan pemasaran.
VII.
Kendala dan
Antisipasi
Seperti
halnya perusahaan maupun pabrik-pabrik lainnya memiliki rintangan dalam
berusaha, perusahaan bakpia pathok “25” juga mempunyai banyak sekali kendala.
Namun, hanya terdapat beberapa kendala yang menurut mereka agak besar.
Untuk
kendala pertama yang mereka alami pada pertengahan perusahaan ini berdiri adalah,
susahnya mencari pemasaran di karenakan kurangnya teknologi yang memadai dan
masih belum mengenalnya masyarakat jogjakarta akan bakpia pathok “25” serta
dikarenakan letak pabrik yang sangat tidak strategis, karena berada di dalam
kampung pathok. Di tambah lagi banyak bermunculan pabrik bakpia merek lain di
sepanjang jalan menuju pabrik pathok
“25”. Oleh karena beberapa tahun kemudian teknologi sudah lebih maju, maka
dalam pemasaran keluarga beliau selain mengganti kemasan bakpia, mereka juga
mulai memasarkan lewat internet dan juga mulai bekerja sama dengan para tukang
becak, andong, dan supir bus pariwisata di jalan Malioboro untuk lebih
mengenalkan produk bakpia pathok “25” kepada masyarakat kota jogja maupun
wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berlibur ke jogja.
Selain itu,
karena letak pabrik yang tidak strategis, maka Arlan Sanjaya beserta keluarga
dan beberapa karyawannya mengantisipasinya dengan membangun outlet maupun pasar
central yang menyediakan bakpia “25” di beberapa tempat yang letaknya cukup
strategis. Diantaranya yaitu di jalan belakang jalan Malioboro.
Untuk
kendala yang ke dua adalah, keuangannya cenderung fluktuatif yang artinya
selalu berubah- ubah.
Langganan:
Postingan (Atom)